Kamis, 25 Maret 2010

Avenged Sevenfold – Dear God



A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love
Hope is hard to find

While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
And where I'd love to be, oh yeah

Dear God the only thing I ask of you
Is to hold her when I'm not around
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again, oh no
Once again

There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah

Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around,
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again

Some search, never finding a way
Before long, they waste away
I found you, something told me to stay
I gave in, to selfish ways
And how I miss someone to hold
When hope begins to fade...

A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love
Hope is hard to find

Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around,
When I'm much too far away
We all need the person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no

Selasa, 23 Maret 2010

Cipt. Guruh Soekarno Putra - Melati Suci


Putih-putih melati
Mekar di taman sari
Semerbak wangi penjuru bumi


Seri-seri melati
Bersemi anggun asri
Kucipta dalam gubahan hati

 
Tajuk bak permata
Siratan bintang kejora
'Kan kupersembahkan
Bagimu pahlawan bangsa
 

Putiknya persona
Rama-rama 'neka warna
'Kan kupersembahkan
Bagi pandu Indonesia


Suci-suci melati
Suntingan 'bu Pertiwi
Lambang nan luhur budi pekerti


Tajuk bak permata
Siratan bintang kejora
'Kan kupersembahkan
Bagimu pahlawan bangsa
 

Putiknya persona
Rama-rama 'neka warna
'Kan kupersembahkan
Bagi pandu Indonesia


Suci-suci melati
Suntingan 'bu Pertiwi
Lambang nan luhur budi pekerti


Oh, melati ...
Oh, melati ...
Oh, melati ...


Fariz RM feat. Neno Warisman - Nada Kasih



Nada kasih kurasakan
Membara dalam hatiku
Nada kasih kuungkapkan
Dari gejolak hatiku

Serasa mekar terbit asamara
Harum mewangi sanubariku
Tiada ragu hati kita
Satu dalam cinta yang suci
Dalam sanubari

Semaraknya dalam hati ini
Seakan tiada usai beranjak
Asmaraku asmaramu
Tiada mungkin kan berpisah
Walau badai datang padaku
Yakinlah dirimu ...

Sungguh kasih ...
Demi tuhan aku akan slalu
Menyayangi dirimu ...

Sungguh kasih ...
Percayalah sayang
Akan tulusnya cintaku kepadamu

Kita pasti...
Kan slalu bersama
Sehidup semati ...



Fariz RM - Barcelona


Gemerlap Pesta Kota
Seolah Getar Flamenco Mengalun Jiwa
Kududuk Terhanyut Nuansa
Disudut Semarak Plaza Catalonia

Kala Sepasang Mata...
Menatapku Manja...
Mengajak Berdansa
Sapanya "Quiere Usted Bailar Conmigo?"

"Quiere Darme Su Direccion Senorita?"
Kuingin Kau Ajak Serta Malam Ini
"Como Se Pronucia Oh Juwita"
Ingin Kunyatakan Cinta Sepenuh Hati

Bridge:
Mungkin Esok Kukan Pergi
Tapi Kuberjanji
Pasti Diriku Kembali
Untuk Cinta Yang Tertinggal
Dijantung Barcelona

Reff:
Peluklah Diriku Mesra... Dalam Cinta
Sebagai Pengikat Rindu
Akan Kukenang Slalu
Cintaku Di Barcelona

"Lo Siento Mucho Senorita"
Kuharus Meninggalkanmu Sejenak Waktu
Hapuslah Airmatamu Kini
Dua Hati Tlah Terpadu Satu Janji

Usaikan Cerita
Malam Yang Tersisa
Ku Tak Kuasa Lagi
Tuk Menunda Waktu
Hidupku Bersamamu

Kecuplah Diriku Kasih... Malam Ini
Angan Yang Tergoda Resah
Srasa Smakin Gelisah
Melupakan Fajar Tiba ...

(Back To Bridge)

"Hasta La Vista Mi Amor..." Penuh Cinta
Dihariku Kan Kembali
Kan Kuingatkan Janji
Cintaku Di Barcelona
(Back To Reff )
Cintaku Di Barcelona ...
Barcelona ...

Didi Kempot - Stasiun Balapan

Ning stasiun balapan
Kuto solo sing dadi kenangan
Kowe karo aku
Naliko ngeterke lungamu

Ning stasiun balapan
Rasane koyo wong kelangan
Kowe ninggal aku
Ra kroso netes eluh ning pipiku

Da a... Dada sayang
Da... Slamat jalan

Reff:
Janji lungo mung sedelo
Jare sewulan ra ono
Pamitmu naliko semono
Ning stasiun balapan solo

Jare lungo mung sedelo
Malah tanpo kirim warto
Lali opo pancen nglali
Yen eling mbok enggal balik

Senin, 22 Maret 2010

Vina Panduwinata - Cinta

Bergetar hatiku
Saat kuberkenalan dengannya
Kudengar dia
Menyebutkan nama dirinya

Sejak kubertemu
Ku telah jatuh hati padanya
Di dalam hati
Telah menjelma cinta
Dan bawalah daku selalu

Reff:
Dalam mimpimu
Di langkahmu serta hidupmu
Genggamlah daku kini juga nanti
Harapan di hatiku
Bawalah diriku slamanya



Utha Likumahuwa - Tersiksa Lagi


Kala surya menghilang
Bulan dan bintang kan bersemi lagi
Bagaikan pelita yang datang
Menyinari sukma
Yang dilanda lara duka nestapa

Kala burung berkicau
Mentari pagi akan datang lagi
Menghangatkan hati yang sedang
Dimabuk asmara dan menyiksa raga

Reff:
Dimanakah, akan kucari pengganti dirimu
Entah di mana oh dimana, dimana
Dimana lagi, harus kucari

Mengapakah diri ini harus tersiksa lagi
Entah mengapa, oh mengapa, mengapa
Tersiksa lagi

Kamis, 11 Maret 2010

Industri Pendidikan


“Entah mengapa pendidikan dianggap mulia, bahkan sakral. Maka istilah bisnis, dianggap tabu yang mencemarkan citra kemuliaan pendidikan. Pandangan memuliakan pendidikan itu benar apabila yang dimaksud adalah pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sebab, pendidikan seperti ini lazimnya dilakukan tulus ikhlas tanpa memungut biaya sesen pun.
Namun pandangan memuliakan pendidikan itu keliru, bahkan munafik, apabila yang dimaksud pendidikan adalah pengajaran yang diberikan guru atau lembaga pendidikan kepada para muridnya; apabila para murid, orang tua, atau wali murid harus membayar biaya, meski cukup sesen, apalagi jutaan rupiah.
Munafik mengaku pemungutan biaya pendidikan, meski berkedok istilah sumbangan gedung, biaya seragam; atau apapun sebagai bukan bisnis, apalagi industri! Selama ada transaksi jual-beli, jelas yang dilakukan adalah bisnis atau dalam skala massal disebut industri. Maka selama murid harus membayar jasa guru atau lembaga yang memberikan pendidikan sebenarnya istilah yang tidak munafik adalah bisinis atau industri pendidikan.
Ternyata yang keliru bukan cuma pengingkaran istilah saja, melainkan juga pengingkaran terhadap UUD negara dan bangsa Republik Indonesia tercinta! Sebenarnya didalam UUD 1945 sudah tegas dan jelas hitam diatas putih, eksplisit tersurat, setiap warga bangsa dan Negara Indonesia memiliki hak atas pendidikan. Pada kenyataannya, hak atas pendidikan itu sudah diabaikan, bahkan diingkari. Ternyata setiap warga Indonesia bukan memiliki hak, melainkan malah kewajiban membayar pendidikan bagi dirinya masing-masing.
Sungguh ironis. Di Jerman, Negara dengan rakyat tidak miskin dan tidak berfalsafah Pancasila dengan asas kemanusiaan dan keadilan sosial, pendidikan malah total gratis dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi! Lebih celaka lagi ketika UU Pendidikan Nasional sesuai UUD 1945 diupayakan untuk ditegakkan, malah berbagai pihak sengit menolak. Mereka beralasan pendidikan gratis tidak realistis karena cuma kosmetik politis demi memikat suara rakyat, terutama dimasa pemilu.
Yang menolak pendidikan gratis adalah para penganut paham kapitalisme sejati atau mereka yang sudah telanjur menikmati nikmatnya berbisnis pendidikan tidak gratis. Alasan utopia justru terbukti tidak realistis sebab pendidikan di Jerman dan berbagai Negara beradab di planet bumi ini terbukti bisa dijadikan kenyataan yang sangat nyata. Pendidikan gratis kalau memang mau, pasti mampu. Tetapi kalau memang tidak mau, ya pasti tidak mampu!
Di Indonesia sudah terbukti. Kalau mau, para politisi mampu memenuhi janji menggratiskan pendidikan di wilayah kekuasaan masing-masing.
Dipelopori para penerima anugerah Museum Rekor Indonesia (MURI) seperti Bupati Jembrana yang berhasil nyata menggratiskan pendidikan tanpa mengurangi, bahkan meningkatkan mutu pendidikan di daerah Kabupaten Jembrana sejak tahun 2000.
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) terbukti mampu menepati janji kampanye menggratiskan pendidkan di Provinsi Sumsel pada tahun 2009! Kalau mau, pasti mampu!
Adapula contoh, meski mau, tapi ternyata tidak mampu, atau lebih tepatnya tidak boleh. Bupati Banyuwangi sempat gagal menepati janji-janji kampanye untuk menggratiskan pendidikan akibat ditentang habis-habisan oleh DPRD Banyuwangi.
Mayoritas anggotanya lebih berpihak kepada mereka yang sudah telanjur mengenyam nikmatnya berbinis pendidikan ketimbang berpihak ke rakyat yang terus-menerus diperah dan diperas untuk membayar pendidikan!
Memang selalu ada yang lebih mengutamakan kepentingan kocek pribadi atau lembaga masing-masing ketimbang menjunjung tinggi Pancasila dan mematuhi UUD 1945; sambil murka apabila dituduh membisniskan atau mengindustrikan pendidikan.”


Berikut tadi adalah sebuah kutipan artikel dari sebuah rubrik kolom “KELIRUMOLOGI” yang ditulis oleh Jaya Suprana di sebuah surat kabar harian Seputar Indonesia pada hari Sabtu, 6 Maret 2010. Postingan ini murni 100% berasal dari rubrik tersebut tanpa saya bermaksud untuk melebih-lebihkan atau mengurangi isi dari artikel tersebut.
Maksud saya dalam mem-post-kan artikel tersebut bukanlah bermaksud untuk menjelek-jelekkan suatu instansi pemerintah ataupun memojokkan suatu lembaga penddikan tempat saya sekarang bernaung untuk menimba ilmu. Karena, saya pun menyadari bahwa untuk saat ini saya masih memiliki kontrak pendidikan selama 3 tahun di sebuah sekolah ternama di daerah Bekasi. Sehingga tentu tidak mungkin saya bermaksud menjelek-jelekkan pihak tertentu.
Dari artikel tersebut mungkin sedikitnya dapat membukakan mata kita mengenai kondisi dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini. Dimana seperti yang kita tahu, masih banyak anak-anak Indonesia yang masih kesulitan dalam membayar iuran sekolah. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama, bahwa anggaran untuk bidang pendidikan di Indonesia bisa dikatakan paling tinggi dibandingkan dengan anggaran pemerintah untuk bidang lainnya. Bayangkan saja, dengan total anggaran pemerintah pusat yang menetapkan 20% dari total APBN untuk bidang pendidikan, tentu berbagai pihak akan segera berpikiran bahwa masalah pendidikan akan sirna dalam sekejap. Namun kenyataannya, masih banyak ditemukan anak-anak (dari kalangan menengah kebawah) yang masih menjadikan masalah biaya pendidikan yang mahal sebagai pokok permasalahan. Padahal, tentu tidak ada satupun pihak yang menginginkan hal tersebut dapat terjadi di negeri ini. Putus sekolah harus dihilangkan segera dari negeri ini. Namun, kita tidak dapat memaksakan agar orang tersebut bisa membayar iuran pendidikannya. Perlu adanya kepedulian dari kita semua. Khususnya untuk pemerintah yang mungkin adalah satu-satunya harapan dalam mewujudkan pendidikan yang adil merata untuk seluruh pihak.
Segala permasalahan pendidikan tersebut bukan berarti tidak memiliki solusi, semua masalah pasti memiliki jalan keluar bila memang ada yang berinisiatif untuk membuat suatu solusi. Seharusnya, walaupun pemerintah pusat telah menetapkan anggaran yang sangat besar dari APBN, peran pemerintah daerah juga tidak boleh dikesampingkan. Pemerintah daerah sebaiknya tidak hanya menjadi mediator penerima dana tersebut saja. Perlu adanya sinergi antar kedua belah pihak, karena dengan gabungan kekuatan dari kedua belah pihak, masalah ini sebenarnya tidak perlu terlalu menjadi beban yang seakan-akan terus mengahantui bangsa kita. Seperti di Kabupaten Jembaran, dengan inisiatif dari pemerintah daerahnya, yang dimotori sendiri oeh Bupatinya, pendidkan gratis dapat terealisasi secara lancar. Padahal, awal mula program tersebut adalah pada tahun 2000. Dimana anggaran dari pemerintah pusat belum sebesar seperti sekarang ini!
Jadi, sekali lagi perlu ditekankan bahwa didalam segala hal, perlu ada pelopor dalam memulai hal tersebut terealisasi. Jadi jika tidak saat ini diusahakan, ingin menunggu hingga kapan lagi? Hingga bangsa ini kehilangan para bibit-bibit penerus bangsa, baru hati kita dapat tergerak?
Kata-kata tersebut seharusnya menjadi pemacu semangat untuk kita semua dalam menciptakan dunia pendidikan yang adil bagi semua orang tanpa membedakan status sosial orang tersebut. Yang menjadi tolak ukur pendidikan suatu bangsa bukanlah melulu soal harta serta kedudukan sosial, tapi  adalah kemauan serta tekad yang kuat dari pihak terdidik yang sepatutnya didukung oleh lingkungan yang mendukung hal tersebut terealisasi.
Jadi “JIKA MAU, PASTI MAMPU!”